SHalo healthizen! Pernah gak sih kalian denger stunting??? Nah healthizen, akhir-akhir ini pemerintah gencar sekali memperkenalkan kepada masyarakat mengenai stunting dan bagaimana cara pencegahannya lho! Nah sebelum panjang lebar, yuk simak penjelasan mengenai stunting!
Nah healthizen, stunting adalah kondisi gangguan tumbuh pada bayi hingga usia 5 tahun yang ditandai dengan kurangnya Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) bila dilihat dengan grafik WHO yang menunjukan angka standar deviasi di bawah minus tiga (SD < – 3). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2018, angka stunting turun dari 37% menjadi 30,7% dengan hasil yang cukup signifikan tersebut pemerintah semakin gencar untuk memerangi stunting di Indonesia ini.
Stunting merupakan masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor antara lain kurangnya asupan makan bayi atau balita, penyakit infeksi yang diderita bayi atau balita, Pola asuh ibu, ekonomi keluarga, gizi ibu saat hamil, kebersihan rumah dan lingkungan. Nah pada faktor genetika berpengaruh sekitar 20-30%.
Nah healthizen berikut alasan mengapa stunting harus dicegah:
- Anak yang stunting ketika besar akan rentan terkena obesitas. Obesitas sendiri dapat menyebabkan timbulnya penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, jantung, stroke,dll.
- Stunting menurunkan produktivitas. Anak yang stunting bila besar nanti akan memiliki tinggi badan dibawah standar seharusnya, karena tinggi badan yang kurang dapat menghalangi untuk masuk ke beberapa sektor pekerjaan. Selain itu bila anak stunting tersebut menjadi obesitas, akan menjadikan tubuhnya berat dan lebih malas untuk bergerak.
- anak yang stunting cenderung memiliki gangguan kognitif belajar karena sel-sel otaknya tidak sempurna terbentuk, ditakutkan anak-anak seperti ini akan meningkatkan beban keluarga bahkan negara.
Lalu bagaimana cara mencegah stunting?? Jadi healthizen, cara mencegah stunting yaitu sebagai berikut :
1.Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD
Karena salah satu faktor resiko Stunting adalah gizi ibu saat hamil maka salah satu pencegahannya adalah memutus lingkaran stunting tersebut saat sebelum terjadi kehamilan yaitu dengan pemberian TTD sejak usia remaja, dan 90 hari selama masa kehamilan. Pemberian TTD tersebut dilakukan untuk pencegahan anemia yang menyebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR) yang merupakan salah satu tanda malnutrisi pada janin dan faktor resiko stunting. Selain pemberian TTD, edukasi untuk mencukupi gizi Ibu selama kehamilan dan seribu hari pertama kehidupan juga diberikan, kecukupan gizi ibu hamil sangat penting agar tidak terjadinya berat bayi lahir rendah.
2. Asi Eksklusif
Asi diberikan tanpa adanya tambahan makanan lain apapun berturut-turut hingga 6 bulan pertama setelah bayi dilahirkan. ASI sudah mengandung gizi yang cukup untuk bayi sehingga tidak diperlukannya makanan tambahan lain, selain itu pemberian makanan terlalu dini dikhawatirkan akan membuat perut bayi menjadi rentan bermasalah ketika tumbuh besar nanti, dan menyebabkan diare pada bayi. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab malnutrisi pada bayi dan merupakan faktor resiko stunting.
3. Imunisasi
Imunisasi lengkap pada bayi dilakukan karena imunisasi dapat mencegah penularan penyakit infeksi kepada bayi dan balita. Bila balita sakit dikhawatirkan akan membuat berat badan sulit naik, atau bahkan menyebabkan bayi atau balita mengalami penurunan berat badan.
4. Memperbaiki Pola Asuh Ibu dan Kebersihan Rumah dan Lingkungan (Kesling)
Dengan cara melakukan perilaku hidup bersih sehat yang terdiri dari pengadaan dan penggunaan air bersih untuk mandi, dan masak, kemudian membiasakan cuci tangan menggunakan sabun agar mencegah mikroba masuk kedalam tubuh.
5. Rajin ke Posyandu
Mungkin terdengar kuno, atau identik dengan masyarakat menengah kebawah, tapi ternyata posyandu salah satu upaya deteksi dini ciri-ciri anak yang stunting. Di Posyandu ini setiap bulan anak akan ditimbang berat badannya dan diukur tinggi badannya, bila satu kali tidak terjadi kenaikan berat dan tinggi badan maka ibu akan diberi peringatan, mengingat setiap bulan bayi dan balita akan bertambah berat dan bertambah Panjang atau tingginya.
Nah healthizen anak yang terlihat pendek belum tentu stunting lho! jadi harus dicek dulu apakah benar stunting atau hanya melihatnya yang pendek. Stunting juga digunakan untuk permasalahan pada balita. Jadi untuk usia lebih dari 5 tahun tidak disebut sebagai stunting lagi healthizen. Jadi healthizen, Ayo cegah stunting demi generasi sehat berprestasi!